Instagram Twitter  Facebook 

Monday, November 10, 2014

PEMANFAATAN UMBI GADUNG (Dioscorea hispida-dennust) SEBAGAI PESTISIDA NABATI


Syarova Soraya (9965874308)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan umbi gadung (dioscorea hispida dennust) sebagai pestisida alami.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 40 hama walang. Larutan yang digunakan terdiri dari 4 konsentrasi yang berbeda yaitu 5%, 10%, 15%, dan 20%. Satu konsentrasi larutan disemprotkan ke dalam kandang yang berisi 10 walang. Pengaruh larutan pestisida umbi gadung dilihat dari perubahan kondisi tubuh hama walang setelah disemprotkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umbi gadung (dioscorea hispida dennust) dapat dijadikan sebagai pestisida alami didasarkan hasil pengamatan terdapat 7 walang yang mati pada konsentrasi 10% , 7 walang yang mati pada konsentrasi 15%, dan 7 walang yang mati pada konsentrasi 20%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan umbi gadung (dioscorea hispida dennust) dapat dijadikan pestisda alami dengan konsentrasi yang paling efektif adalah 10%.
Kata kunci : Umbi Gadung (dioscorea hispida dennust), pestisida alami, hama walang



1. Pendahuluan

Peran tanaman sangat penting bagi perekonomian indonesia. Maka dari itu kesuburan tanaman sangatlah penting untuk diperhatikan oleh masyarakat Indonesia.
Produktivitas pertanian dapat terganggu oleh adanya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Organisme pengganggu tanaman inilah yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis terhadap petani maupun masyarakat. Banyak sekali petani mengeluhkan hama tanaman yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Pengendalian hama yang baik yaitu dengan cara biologis pengendaliannya meliputi penggunaan predator, binatang pemakan hama, atau penggunaan parasit dan bakteri yang menyebabkan sakit pada hama. (Pracaya,2008).
Untuk memberantas hama yang merusak tanaman, para petani biasanya menggunakan pestisida yang disemprotkan ke tanaman tersebut. Tapi kebanyakan petani mencari pestisida yang bersifat kimia yang membahayakan lingkungan  sekitarnya. Pemanfaatan tumbuhan untuk pestisida nabati seharusnya mendapatkan perhatian serius dalam pemanfaatannya daripada pestisida kimia karena disamping lebih mudah didapatkan dan lebih murah juga ramah lingkungan. Penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan akan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah dapat meracuni manusia dan hewan domestik, meracuni organisme yang berguna, misalnya musuh alami hama, lebah dan serangga yang membantu penyerbukan, mencemari lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk residu pestisida. Pestisida yang bersifat kimia sangat membahayakan karena mengandung  DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) yang mengandung sifat apolar dan sifat DDT yang stabil dan persisten. Banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida alami untuk membasmi hama tumbuhan. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai pestisida alami adalah tanaman umbi gadung (http://www.gerbangpertanian.com).
Tanaman umbi gadung tergolong umbi-umbian yang populer walaupun kurang mendapat perhatian. Umbi ini sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai pestisida alami karna mengadung zat yang bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing (nematoda) bahkan juga tikus (Sudarmo Subiyatko, 2005). Berdasarkan hal tersebut, akan dilakukan penelitian tentang pemanfaatan umbi gadung sebagai pestisida alami pembrantas hama tanaman.

2. Metodologi penelitian
Penelitian ini didasarkan dengan cara eksperimental, yaitu penelitian yang menggunakan kelas eksperimen. Kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah umbi gadung (dioscorea hispida dennust) yang di jadikan cairan  (larutan) dengan campuran air. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2012 sampai tanggal 1 November 2012 bertempat di laboratorium Biologi SMA Lazuardi GIS.
                Penelitian ini menggunakan sampel yaitu serangga ‘walang’ sejumlah 50 walang. Dengan 4 konsentrasi cairan (larutan) umbi Gadung yang sudah dikonversi dengan ukuran yang berbeda. Keempat cairan tersebut dibuat dengan larutan yang memiliki konsentrasi umbi gadung berbeda yaitu 5%, 10%, 15%, dan 20%. Sedangkan 10 walang dijadikan sebagai variable control. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menyemprotkan cairan yang  memiliki konsentrasi gadung 5% ke walang  di kandang A,  10% ke walang di kandang B, 15% ke walang di kandang C, dan 20% ke walang di kandang D. Masing-masing kardus yang diisi 10 walang akan dilihat dan dihitung durasi waktunya untuk mengukur keefektifan masing-masing cairan tersebut dalam  mematikan walang didalamnya.
Alat yang digunakan antara lain, Piala gelas, Blender, Pisau, Kain, Baskom, Gunting, 4 botol spray, Tempat pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Umbi gadung, Air, 40 walang
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di empat wadah berupa kardus yang berisi masing-masing 10 walang dan di semprotkan dengan waktu yang bersamaan oleh cairan yang berbeda kadar gadungnya. Tahap dalam penelitian ini adalah:
a. Mengupas umbi gadung yang telah dicuci sebelumnya,
b. Memotong umbi gadung menjadi potongan kecil,
c. Menyiapkan air sebanyak 100ml ke dalam 4 wadah yang berbeda,
d. Memasukkan umbi gadung ke dalam blender secara bergantian dengan ukuran yang berbeda laludihaluskan,
e. Menghaluskan umbi yang telah disaring oleh kain tipis,
f. Memisahkan  umbi yang telah disaring dalam 4 wadah,
g. Mencampurkan larutan gadung dengan air 100 ml yang telah terpakai sebelumnya ke dalam masing-masing wadah,
h. Mengaduk larutan umbi gadungdan air hingga tercampur,
i. Memasukan masing-masing cairan pestisida yang telah selesai kedalam  4 botol spray,
j. Menyemprotkan masing-masing pestisida ke kandang yang terisi walang dengan ketentuan 1 kandang yang berisi walang disemprotkan 1 cairan,
k. Mengamati perubahan yang terjadi dan menghitung durasi waktu masing-masing pestisida dalam mematikan walang,
3. Hasil dan Pembahasan
Konsentrasi
Tempat walang
Pengamatan hama walang mati
Kondisi hama walang setelah disemprotkan
Total walang mati
5%
Kandang A
P1
-
-
Tidak ada perubahan
Tidak ada yang mati
P2
-
-
Tidak ada perubahan
P3
-
-
Tidak ada perubahan
10%
Kandang B
P1
Mati 2
-
Tidak ada perubahan
7 mati
P2
Mati 5
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
P3
-
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
15%
Kandang C
P1
Mati 2
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
7 mati


P2
Mati  5
-
Walang diam/tidak loncat-loncat

P3
-
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
20%
Kandang D
P1
Mati 4
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
7 mati
P2
Mati 3
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
P3
-
-
Walang diam/tidak loncat-loncat
Variabel kontrol
Selama satu hari tidak ada satupun walang yang mati
Dari hasil proses pembuatan di atas maka dilakukan penelitian untuk memastikan keefektifan larutan umbi gadung untuk membunuh hama walang. Data pengamatan yang didapatkan yaitu seperti dalam tabel berikut:
Dari 10 hama walang tidak mengalami perubahan ketika disemprotkan larutan dengan konsentrasi 5%, hal itu dikarenakan kandungan dioskorin yang terdapat pada larutan tersebut terlalu kecil sehingga belum mampu mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
Hasil pengamatan pada saat penyemprotan larutan dengan konsentrasi 10%, penyemprotan pertama tidak terlihat perubahan pada kondisi walang.Pada penyemprotan kedua walang terlihat lebih diam dan tidak melompat seperti biasanya. Beberapa waktu setelahnya 3 walang mati dengan mengeluarkan cairan dari ekornya. Pada penyemprotan ketiga terlihat walang yang mati bertambah 4 ekor. Sehingga total walang mati yang disemprotkan larutan dengan konsentrasi 10% yaitu 7 ekor walang.Sisa walang yang masih hidup terlihat lemah dan tidak bereaksi seperti biasanya.
Pada penyemprotan larutan dengan konsentrasi 15%, penyemprotan pertama tidak terlihat perubahan pada walang, namun beberapa jam setelahnya terlihat walang diam, terlihat lemah dan tidak bereaksi seperti biasanya.Penyemprotan kedua terdapat 2 walang yang mati, dan pada penyemprotan ketiga terdapat 5 walang yang mati. Kondisi walang yang masih hidup tidak bereaksi seperti biasanya, sehingga jumlah walang yang mati karena disemprotkan larutan dengan konsentrasi 15% yaitu 7 walang.Sisa walang yang masih hidup terlihat lemah dan tidak bereaksi seperti biasanya.
Adapun penyemprotan larutan dengan konsentarsi 20%, hasil yang diamati pada penyemprotan pertama kondisi walang tidak seperti biasanya terlihat lemah  dan beberapa jam setelah penyemprotan terdapat 1 walang mati. Pada penyemprotan kedua terdapat 3 walang mati, dan pada penyemprotan ketiga terdapat 3 walang mati.Kondisi walang yang masih hidup tidak bereaksi seperti biasanya.Pada larutan dengan konsentrasi 20% yang disemprotkan pada walang, dihasilkan jumlah walang yang mati yaitu 7 walang. Dari konsentrasi 20% tidak menghasilkan perkembangan yang lebih terhadap matinya hama walang.
Hama walang yang mati disebabkan larutan umbi gadung memiliki zat beracun yaitu dioskorin.Dioskorin adalah salah satu alkaloid yang bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing (nematoda), bahkan juga tikus, (Richana, 2012). Dioskorin yang disemprotkan terhadap hama walang mempengaruhi sistem syaraf dan mengganggu metabolisme tubuh hama walang. Larutan yang disemprotkan terhadap tanaman tersebut juga menjadi antifidan. Antifidan yaitu mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, sehingga mengurangi selera makan  dan mengganggu metabolisme hama walang terhadap tanaman yang telah disemprotkan larutan umbi gadung. Hal tersebut menjadikan kondisi walang semakin tidak stabil.Walang semakin lemah dan tidak dapat bereaksi seperti biasanya sampai walang tersebut mati.Pengamatan yang dilakukan seefektif mungkin agar dapat diterapkan secara cepat, tepat dan ekonomis.Keefektifan zat dioskorin pada hasil pengamatan terdapat di konsentrasi 10% dikarenakan pada konsentrasi tersebut jumlah walang yang mati lebih dari 50%. Untuk konsentrasi 15% dan 20% jumlah walang yang mati sama dengan konsentrasi 10%. Sehingga pemakaian konsentrasi umbi gadung 10% sudah dapat digunakan untuk penggunaan pestisida nabati di lahan pertanian.
Penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan akan berdampak negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah dapat meracuni manusia dan hewan domestik, meracuni organisme yang berguna, misalnya musuh alami hama, lebah dan serangga yang membantu penyerbukan, mencemari lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk residu pestisida. (http://ikhwan-gres.blogspot.com). Sedangkan jika kita memakai pestisida alami akan meminimalisir hal tersebut walaupun proses kerja pestisida nabati cukup memakan waktu yang lama dan harus diaplikasikan berulang-ulang. Pestisida umbi gadung mudah larut oleh air sehingga tidak membahayakan bagi tanaman pangan seperti sayuran, buah-buahan, obat-obatan herbal karena akan hilang pada tahap pencucian. Untuk pengolahan pestisida nabati dari umbi gadung lebih mudah dibuat, bahan-bahan yang dibutuhkan juga sangat praktis dan mudah ditemukan.Pertumbuhan umbi gadung sangat cepat dan mudah diperbanyak.Tumbuhan umbi gadung dapat diambil tanpa mematikan tanaman yang bersangkutan,(http://arsip.gatra.com).
Dibandingkan dengan pestisida sintetik, untuk pemakaian umbi gadung sebagai pestisida nabati tidak memerlukan biaya yang banyak.Bahkan para petani yang menanam umbi gadung di pekarangan atau perkebunannya tidak perlu mengeluarkan biaya dalam pembuatan pestisida nabati tersebut.
Kelemahan penggunaan cairan perasan (ekstrak) umbi gadung di lahan pertanian antara lain, cairan perasan yang diperoleh mengandung bahan-bahan yang mudah terfermentasi sehingga umbu gadung mudah membusuk dan menghasilkan bau tak sedap. Dalam pengolahan umbi gadung jika diperas secara manual dan kontak langsung dengan kulit akan menimbulkan rasa gatal. Proses dalam pemberantasan hama relatif lama dan butuh aplikasi yang berulang-ulang karena zat aktif dalam umbi gadung mudah larut.
4.       Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa umbi gadung dapat digunakan sebagai pestisida nabati, terutama untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman seperti hama walang. Pembuatan umbi gadung sebagai pestisida sangat mudah dan ekonomis karena semua bahan yang dibutuhkan banyak ditemukan di lingkungan sekitar.
5.       Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain:
1. Melakukan uji coba langsung terhadap    hama yang terdapat di tanaman sekitar.
2. Menambahkan zat tambahan tertentu untuk memperkuat efektifitas pestisida
3. Mengujikan pestisida umbi gadung terhadap hama lain selain walang
4. Memperbanyak konsentrasi untuk   penelitian lebih lanjut agar lebih variatif
5. Menjadikan pestisida umbi gadung dengan berbagai wujud seperti serbuk, atau padat
6. Memanfaatkan bagian lain umbi gadung untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari



6. Daftar pustaka

[1].(http://id.wikipedia.org/wiki/Gadung/). Diakses pada hari Sabtu, 15 September 2012: 20.00 WIB
[2].(http://bukabi.wordpress.com/2009/02/02/umb-gadung/). Diakses pada hari Sabtu, 15 September 2012 20:00 WIB
[3].(http://arsip.gatra.com//20021021/artikel.php?id=21628/). Diakses pada hari Minggu 16 September 2012 15:00 WIB
[4].(http://ikhwan-gres.blogspot.com/2011_10_01_archive.html/). Diakses pada hari Minggu 16 September 2012 15:00 WIB
[5]. Richana. 2012. Aracea &dioscorea, Manfaat Umbi-Umbian Indonesia. Nuansa Cendekia. Bandung. Hlm 52-55.
[6]. Sastroutomo. 1992. PESTISIDA, dasar-dasar dan dampak penggunaanya. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[7]. Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya Di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 19.
[8]. Pracaya. 2008. Hama & Penyakit, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[9]. Anonim dalam Dwi Dinar Murjani. 2011. “Pengujian Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennust Sebagai Rodentisida Botanis Siap Pakai Dalam Pengendalian Tikus Rumah (Rattus rattus diardii linn) dan Tikus Sawah ( Rattus argentiventer Rob.& klo)” hlm.2-3
[10]. (http: //erlintan.com/smf/index.php?topic) Diakses pada hari Minggu 16 September 2012 15:00 WIB
[11].(http://www.plantamor.com/index.php?plant/). Diakses pada hari Minggu 16 September 2012 15:00 WIB
[12]. (http://id.wikipedia.org). Diakses pada hari Sabtu, 16 Oktober 2012 15:00 WIB
[13]. (http: //erlintan.com/smf/index.php?topic). Diakses pada hari Sabtu, 16 Oktober 2012 15:00 WIB

1 comment :

  1. senengnyaaa di post disini:") jadi kangen masa-masa bikin KI hahaha semoga kedepannya banyak KI yang lebih keren lagi!

    ReplyDelete

Saat ini kami tidak menyaring komentar Anda.

Semoga Allah yang maha mengetahui memberi Anda kesuksesan dan keberkahan hidup bilamana pertanyaan, komentar, saran/kritik membangun disampaikan dengan santun.

Regards,
Ted.