Sebagai sekolah yang digagas berdasarkan keinginan membuat anak bahagia dalam belajar, berbagai tantangan kami alami dan rasakan. Terutama di SMA, di mana siswa yang menginjak usia remaja sedang merasa dirinya sudah besar dan bukan anak kecil lagi. Tantangan demi tantangan terkadang tak terasa mengikis sedikit demi sedikit lalu menggeser keinginan membahagiakan menjadi mendisiplinkan.
Cara-cara mendisiplinkan ini membuat beberapa anak merasa tertekan walau sebagian besar yang lain berpendapat itulah keunggulan SMA Lazuardi GIS. Selama ini sebagian siswa Lazuardi terbilang sukses dan bahagia di sekolah. Mereka juga betah berlama-lama di sekolah pada sore hari. Namun harus diakui, beberapa kegiatan membuat anak merasa tertekan dan kemudian menjadi malas.
Apa yang harus dilakukan supaya lebih banyak anak yang sukses dan sekaligus bahagia?
Pertama menyadari bahwa 'beberapa' anak yang disebutkan di atas tetap merupakan anak-anak yang diamanatkan kepada kita untuk dididik. Kita sudah menerima mereka dan wajib bertanggungjawab atas kesuksesan dan kebahagiaan mereka. Kalau dijumpai kesulitan dalam menangani mereka maka itulah tantangan yang harus dihadapi dan digarap oleh para guru.
Kedua, melakuan pendekatan yang tepat. Biasanya anak-anak yang sulit ditangani ini adalah anak-anak yang punya masalah. Maka cara mendekatinya harus dengan bertanya dan kemudian menyiapkan empati dan mendampinginya menemukan solusi yang pas.
Berbeda dengan anak-anak kecil, pikiran dan perasaan anak remaja sudah dipenuhi dengan masalah yang dia bangun sendiri karena faktor internal dalam dirinya. Seperti, perubahan bentuk tubuh, suara maupun perasaan-perasaan yang berkaitan dengan pubertas yang sedang mereka alami. Maka ketika ada tambahan masalah selain dari yang itu, mereka akan berpikir bahwa dunia ini adalah tempat yang sulit dan tidak menyenangkan. Sebagai pengalihan dari perasaan tak nyaman itu, kadang-kadang anak akan bertingkah tidak sewajarnya, seperti melakukan perbuatan bullying, vandalisme, menunjukkan sikap malas belajar, mencoba menarik hati teman lawan jenis, tidak peduli terhadap kewajibannya dan bahkan sengaja tidak melaksanakan instruksi guru.
Terkadang sikap anak seperti ini dilakukan terus menerus sehingga menghambat perkembangan positif dalam dirinya. Karena itu, para guru di SMA Lazuardi berusaha untuk selalu menjaga keadaan anak-anak yang memang diyakini sedang sangat membutuhkan perhatian itu. Menghadapi anak yang mempunyai masalah ini, sekolah juga akan menyediakan bantuan guru BK (Bimbingan Konseling) yang jika dianggap perlu menghadirkan orangtua dan dilanjutkan sampai ke pemeriksaan psikologis oleh Psikolog sekolah. Guru, orangtua dan jika perlu psikolog harus bergandengan tangan dan bekerjasama untuk mencarikan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi anak tersebut supaya si anak bisa survive, baik di sekolah maupun di dalam pergaulan dengan teman-temannya.
Para guru juga terus dibina untuk terus berusaha untuk sering-sering menyapa dan mendengar keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan anak, kekhawatirannya, ataupun kegalauan hatinya. Sekolah secara terjadwal sudah mengalokasikan waktu untuk pertemuan khusus antara wali kelas dan anak-anak di bawah asuhannya. Ada juga forum pertemuan antara anak-anak dengan Direktur Sekolah. Forum ini bisa merupakan inisiatif direktur untuk bertemu angkatan tertentu untuk memotivasi siswa ataupun merupakan permintaan angkatan tertentu kepada direktur sekolah untuk menyampaikan keluh kesah dan harapan mereka.
Ada orangtua yang berpikir bahwa anak SMA sudah besar dan tidak perlu terlalu diperhatikan. Yang perlu perhatian adalah anak kecil. Pemikiran seperti ini harus diluruskan. Memang anak SMA harus belajar mandiri, tapi harus diingat bahwa semua anak, baik yang masih kecil, maupun yang sudah remaja sama-sama memerlukan perhatian dan bimbingan orangtua. Kalau mereka tidak mendapatkannya maka akibatnya akan menyedihkan.
Karenanya, SMA Lazuardi GIS selalu berusaha menyisipkan pertemuan dengan orangtua dalam setiap agenda pengambilan raport siswa. Sangat diharapkan supaya setiap orangtua siswa berusaha keras untuk hadir dalam setiap undangan sekolah agar kerjasama ini lebih bisa terwujud.
Orangtua dan guru harus bergandengan tangan dan bekerjasama, berkomunikasi secara intens dan sungguh-sungguh untuk membantu anak berkembang dengan baik.
Mendidik anak memang banyak teorinya, tetapi teori-teori tersebut tidak bisa diaplikasikan secara seragam kepada semua anak. Orangtua dan guru harus bisa mengcustomize, menyesuaikan dengan watak masing-masing anak.
Secara tertulis, sekolah juga menerbitkan buletin bulanan laznewz, profil siswa dan surat edaran yang bertujuan membuat orangtua mengetahui apa saja agenda dan aktifitas anak-anak di sekolah selama satu bulan.
Sekolah berharap setiap informasi yang diterbitkan untuk orangtua bisa menjadi catatan untuk memantau perkembangan ananda. Dan juga mencatat tanggal- tanggal penting termasuk libur sekolah agar tidak berbenturan dalam mengatur acara liburan keluarga dan agenda lain-lainnya.
* Dra. Hj. Alwiyah Bagir, Direktur SMA dan SMK Lazuardi GIS Depok.
Thursday, September 10, 2015
Home
»
Budaya Sekolah
»
Membuat Anak Bahagia Belajar di Sekolah
0 comments :
Post a Comment
Saat ini kami tidak menyaring komentar Anda.
Semoga Allah yang maha mengetahui memberi Anda kesuksesan dan keberkahan hidup bilamana pertanyaan, komentar, saran/kritik membangun disampaikan dengan santun.
Regards,
Ted.