Instagram Twitter  Facebook 

Wednesday, September 09, 2015

Hernowo Hasim : “Mengikat Makna dengan Menulis”

Foto 1 : Buku Mengikat Makna Karya Bapak Hernowo
“… Namaku Hernowo. Sebagaimana nama Jawa yang tunggal – Soekarno dan Soeharto – aku pun punya nama demikian. Hanya ketika aku mendaftarkan diriku untuk mendapatkan account e-mail di Yahoo, namaku bertambah dan tidak tunggal lagi: Hernowo Hasim…”, demikian kutipan awal selebaran biografi singkat bapak Hernowo yang dibagikan kepada para siswa SMA Lazuardi GIS Depok, saat mengisi materi Life Skills, Rabu (8/9/2015).

Dari selebaran biografi tersebut, bapak Hernowo sudah mengajarkan pada para siswa untuk bisa menghafal perjalanan singkat beliau dengan suatu moment-moment penting yang mudah diingat dan lekat di memori. Itulah yang disebut dengan Mengikat Makna, menjembatani memori otak manusia, agar lebih mudah mengingat tulisan atau pengetahuan yang sudah dibaca dan dipelajarinya.

Foto 2 : Bapak Hernowo Hasim dalam Acara Life Skills SMA Lazuardi GIS
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam Mengikat Makna menurut bapak Hernowo, pertama harus menarik, kedua penting dan ketiga berharga. Dan dalam mengikat makna kegiatan membaca dan menulis adalah dua aktifitas yang tidak bisa dipisahkan. Dengan membaca dan menulis kita melakukan aktifitas mengikat pemahaman dan mengikat gagasan. “Adalah mustahil jika seseorang bisa menulis dengan enak dan lancar tanpa membaca. Demikian juga sebaliknya. Akan sangat sulit bisa membaca efektif tanpa menuliskan kembali hal-hal penting yang diperoleh dari membaca.”demikian tutur bapak Hernowo Penulis buku best seller “Mengikat Makna” “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza”, “Quantum Reading”, dan “Quantum Writing”.

Dalam acara Life Skill yang digelar oleh SMA Lazuardi GIS ini bapak Hernowo pun memberikan pelatihan kepada para siswa untuk mengikat makna terhadap apa yang sudah beliau tulisankan dan ceritakan. Bapak Hernowo kemudian memberikan waktu 5 menit kepada para siswa untuk menuliskannya, lalu diberikan kesempatan kepada perwakilan siswa/i untuk menyampaikan di hadapan teman-temannya yang lain. Dan atas keberanian siswa/i yang sudah menyampaikan “ikatan makna”nya bapak Hernowo memberikan buku gratis kepada mereka.

Foto 3 : Cuplikan acara Life Skills SMA Lazuardi GIS
“Dengan menulis kita mengikat makna terhadap apa-apa yang sudah kita baca,” ujar bapak Hernowo, “dan dengan menulis kita berjanji pada diri sendiri, untuk menggugah orang lain dan yang terpenting menggugah diri sendiri,” tambah beliau yang menamatkan kuliahnya di ITB jurusan Teknik Industri. Dimana di ITB itulah beliau pernah diajari dosen yang canggih, yaitu Bapak Wimar Witoelar dan Bapak Kuntoro Mangkusubroto.

Menurut bapak Hernowo, yang sudah berhasil menulis 53 buku di usianya yang ke 58 ini, kekayaan pengetahuan tidak bisa dibeli baik oleh emas ataupun perak karena pengetahuan hanya bisa didapat dengan pengalaman membaca. Prinsip penting mengikat makna,  “Membaca adalah memasukkan kata-kata sebanyak mungkin ke dalam pikiran. Sementara menulis adalah mengeluarkan atau menampilkan pengalaman batin lewat bantuan kata-kata.”

Banyak ilmu dan pengetahuan yang ingin di sharing bapak Hernowo berkenaan dengan materi Mengikat Makna ini, tapi karena keterbatasan waktu maka acara harus dihentikan. Namun bapak Hernowo sangat membuka sekali ruang diskusi kepada peserta Life Skills dan dapat menghubungi beliau di akun FB-nya “hernowo mengikat makna”, no hp-nya, atau di e-mail-nya: hernowo.mengikatmakna@gmail.com

Acara kemudian ditutup dengan persembahan lagu dari perwakilan siswa/I SMA Lazuardi GIS yang dibawakan oleh Hana Sabhira Kaza Novianto dan Bagus dari kelas X-MS.1 Nadiv Arvy Pravita kelas X-Soc.1 serta Reinnanda Dale Carnegie, Nabila Putri Adinda dan Ervani Tri Wijayanti dari kelas X-Soc.2. Bersamaan dengan lagu Grenade dari Bruno Mars, maka acara Life Skills minggu ini pun usai. Abd/RJK

0 comments :

Post a Comment

Saat ini kami tidak menyaring komentar Anda.

Semoga Allah yang maha mengetahui memberi Anda kesuksesan dan keberkahan hidup bilamana pertanyaan, komentar, saran/kritik membangun disampaikan dengan santun.

Regards,
Ted.