Anrio Mafrizal atau yang lebih akrab disapa kak Rio mengingatkan kepada guru-guru selama dua jam kedepan untuk ikhlas. Di hari sabtu yang biasanya libur dan mungkin sudah ada yang punya agenda untuk pergi bersama keluarga, menurut beliau, ikhlas adalah pilihan terbaik ketika jasad sudah hadir disuatu tempat. ”Ikhlas ataupun tidak ikhlas toh kita sudah ada disini, maka lebih baik memilih ikhlas”, ungkap kak Rio saat mengisi materi Mental Coaching Character for Teachers di SMA Lazuardi GIS Depok, Sabtu (27/2/2016).
Keikhlasan dapat dilihat dari dua respon, secara lisan dan gesture (bahasa tubuh). Mungkin kita bisa memanipulasi jawaban lisan saat ditanya orang lain, namun gesture sulit dimanipulasi. Dan orang lain bisa membaca dengan mudah. Maka kita harus melatih rasa ikhlas, agar kita bisa lebih bahagia dalam menjalani hari.
Sesuai dengan tema yang beliau bawa, “Good Education Requires Good Teacher”, Kak Rio memulai dengan dua kata yang sering muncul saat seorang guru masuk kelas, kata Berat dan kata Ringan. “apakah setiapkita masuk kelas langkah kaki kita terasa berat atau ringan?” Tanya kak Rio yang berpengalaman di bidang konsultan dan Psikolog dan pernah menjadi Director of Nine B Training & Counseling Center.
Bila berat mengapa dan bila ringan mengapa, adalah sebuah kondisi yang harus disiasati dan dipahami dengan baik. Kalau suatu ketika kita pernah merasakan ringan dalam mengajar, mengajar berat bukanlah suatu kondisi yang harus ditakuti dan terus menghantui. Kalaupun masalahnya bukan masalah pribadi, dan kelas yang jadi alasan, maka kelas yang dianggap “berat” itupun pasti ada solusi yang bisa diterapkan.
Solusi dari kak Rio, yang juga seorang Penggagas Ego State Therapy by Online, untuk kesiapan guru yang akan mengajar, entah itu masuk ke dalam kelas yang “berat” ataupun “ringan adalah, tiga hal yaitu kesiapan Media, Content dan Deliver. Harus disiapkan dengan baik ketiga hal tersebut jangan sampai terlewat saat akan mengajar. Kalaupun dalam perjalanan seorang guru agak kurang dalam tiga hal tersebut, namun dengan seiring berjalannya waktu, maka seorang guru akan bisa mendekati kesempurnaan. Apalagi, bila guru tersebut memiliki semangat untuk upgrade dan cinta terhadap profesinya. Kak Rio menekankan beberapa hal, “Metode itu lebih penting dari materi pelajaran, tapi dibandingkan materi pelajaran, Guru itu lebih penting, namun dibandingkan dengan guru, ruh guru itu jauh lebih penting. Dan Guru di kelas harus hadir, baik itu jasadnya maupun ruhnya. Jangan sampai ada guru yang jasadnya disekolah namun ruhnya ditempat lain”, tandasnya.
Dalam sesi training guru yang singkat namun bermakna ini, Kak Rio pun mengingatkan kepada kita agar memahami konsep rezeki Allah SWT itu dengan baik. Rezeki menurut beliau bukan sekedar gaji bulanan, ada hal lain yang harus dipahami dari rezeki. Bila kita sebagai guru mengajar secara maksimal dan all out, namun digaji kurang dari itu, maka menurut beliau kekurangan gaji itu akan diganti oleh Allah SWT dengan rezeki yang tidak diduga-duga, seperti keluarga yang selalu sehat, anak yang shaleh atau shalehah, pintar dan menyenangkan hati orang tua, itu adalah sekelumit rezeki yang harus juga disadari dan disyukuri. Namun bila ada guru yang mengajar malas-malasan dan tidak maksimal, namun digaji besar dan tidak sesuai dengan kompetensi, maka mungkin bisa saja Allah SWT akan mengurangi rezeki yang didapatnya, entah itu dengan tubuhnya yang sakit-sakitan, atau ada keluarganya yang sakit dan membutuhkan biaya banyak, anak yang susah diatur, dan selalu mengecewakan orang tuanya atau mertua yang selalu merongrong.
Maka solusi dari masalah yang kita hadapi menurut Kak Rio adalah kita harus memilih antara solusi terbaik atau solusi terenak. Kadang kita selalu memilih solusi terenak yang sifatnya jangka pendek, padahal kalau kita memilih solusi terbaik maka hal tersebut akan kita rasakan secara jangka panjang.
Kak Rio diakhir selalu menekankan bahwa kita sebagai manusia adalah ruh, adalah khalifah, adalah pengendali. “Anda bukan hanya jasad, anda juga terdiri dari ruh”, tutur kak Rio. Maka pilihlah solusi terbaik yang memberdayakan, jangan memilih solusi yang cenderung menghancurkan. Abd/RJK